Kamis, 19 Februari 2015

CERPEN SINGKAT

Diposting oleh icha hanifa f di 23.37
PAJU GANDRUNG SEWU
Suatu hari, empat orang sahabat yang bernama okmi, novi, icha, dan awil terlihat sedang bercakap-cakap. Mereka sedang membicarakan Paju Gandrung Sewu yang akan diadakan di pantai Boom Banyuwangi. Mereka sangat antusias membicarakanya. “eh, hari Jumat tanggal 23 November 2013 akan diadakan paju gandrung sewu di pantai Boom Banyuwangi, untuk memperingati Harjaba”, Awil memulai percakapan. “Benarkah ?”, sahut Novi. “Ya, aku akan mengikuti paju gandrung tersebut”. Kata awil. “Kamu hebat sekali, wil”, okmi pun turut menanggapi perkataan awil. “Bagaimana kalau kita melihat paju gandrung tersebut?”, sahut icha. “Ya, aku setuju, lagi pula kita bisa pergi bersama-sama, kalian bisa menemaniku menari gandrung”, kata awil. Okmi pun menjawab,”boleh-boleh, itu pasti seru sekali”. Akhirnya mereka pun sepakat untuk melihat Paju gandrung sewu di Pantai Boom Banyuwangi. Dan mereka semua setuju untuk pergi ke sana dengan menaiki mobil milik Awil.
                   Hari Jumat subuh icha dan novi sudah berkumpul di rumah awil, hanya okmi saja yang belum datang. Mereka semua membawa perlengkapan mereka masing-masing. Sambil menunggu okmi datang, icha dan novi membantu awil mengemasi barang barang untuk perlengkapan menari gandrung, karena awil akan mengikuti paju gandrung. “wil, perlengkapanmu banyak sekali, apa ini nanti kamu pakai semuanya?”, kata novi. “Iya lah, perlengkapan untuk menari gandrung itu kan banyak”, jawab awil. “Ngomong-ngomong okmi mana ya, kok belum datang”, kata icha. “Sabar, nanti juga datang. Tak berselang lama, okmi pun datang. Mereka semua langsung berangkat ke pantai Boom dan diantar oleh ayah awil.
                   Sesampainya di sana, mereka langsung turun dari mobil. Walaupun hari masih subuh suasana di sana sudah sangat ramai.Mereka segera bergegas menuju ruang rias penari gandrung untuk mengantarkan awil. Di ruang rias, ada banyak penari yang sudah berkumpul. Dari penari anak-anak yang berumur 9 tahun sampai penari yang sudah berumur 71 tahun pun turut mengikuti paju gandrung sewu ini. Dari sekian banyak penari, Awil adalah orang yang pertama yang dirias. Okmi, novi, dan icha memperhatikan ketika awil dirias dan mereka ingin tahu apa saja bagian-bagian kostum yang dipakai oleh awil. Karena penasaran, mereka bertanya kepada orang yang merias awil, yang bernama bu Ely. Bu Ely adalah guru menari awil dan beliau juga pandai merias penari.
                   Bu Ely, kira-kira apa saja yang akan dipakai untuk menari Paju Gandrung sewu ini?”, kata okmi. Sambil merias awil, Bu Ely menjawab, “Kostum yang dipakai untuk menari paju gandrung ini terdiri dari beberapa bagian. Yang pertama bagian tubuh. Busana untuk tubuh sendiri terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.
 Yang kedua bagian kepala, kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima] yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.
                      Yang ketiga bagian bawah, pada bagian bawah Penari gandrung             menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap  pertunjukanya.”Ternyata bagian-bagian kostum penari paju gandrung itu banyak juga ya”, kata okmi. “Itu benar, makanya kalian semua harus melestarikan budaya banyuwangi ini”, kata bu Ely.
                   Setelah 35 menit, awil pun sudah selesai di rias.     Setelah awil dirias kami pun keluar dari ruang rias dan berkeliling pantai Boom sambil melihat-lihat pemandangan di sini. Pantai Boom dihiasi banyak umbul-umbul warna warni. Disini juga ada banyak  penjual makanan khas Banyuwangi. nasi tempong, pecel ayam, rujak soto, pindang koyong, bothok simbu’an,sayur leroban, dan nasi cawuk.
            Ketika kami sedang berjalan-jalan, kami merasa ada seorang anak di belakang kami yang dari tadi mengikuti kami dari belakang, anak itu berpakaian sangat aneh dan terlihat mengawasi kami. Kami pun ketakutan dan lari terbirit-birit menjauhi anak itu. Ketika sedang berlari, tiba-tiba Awil terjatuh karena kakinya tersangkut oleh baju gandrungnya.”Aduh….!” , teriak awil, Okmi, novi, dan icha segera menghampiri Awil dan menolongnya. “Kamu tidak apa-apa wil?”, Tanya mereka bertiga. “aku tidak apa-apa”, kata Awil. Tiba-tiba dari kejauhan datang anak misterius yang mengikuti mereka tadi datang menghampiri mereka dan bertanya dengan suara yang sedikit aneh,”kalian kenapa?”, Tanya anak itu. Icha, okmi,dan novi,  menjawab dengan ketakutan, “teman kami terjatuh dan sepertinya tidak apa-apa”, kata mereka bertiga. “Kenapa kalian tadi lari setelah melihatku?”, kata anak itu. “Kami ketakutan karena kamu mengikuti kami dan pakaianmu sedikit aneh”, jawab mereka bertiga. “Maafkan aku ya, karena menakuti kalian, aku mengikuti kalian karena ingin mengembalikan dompet ini, tadi dompet ini terjatuh”, Kata anak itu.”Itu dompetku, wah terima kasih ya sudah mengembalikanya”, sahut novi. “Sama-sama”, jawab anak itu. “Nama kamu siapa?”, Tanya mereka berempat. “Namaku yasmin”, jawab anak itu lagi. “perkenalkan nama kami icha, novita, okmi, dan awil, senang berkenalan denganmu, eh tapi kenapa kamu berpakaian seperti ini?”, Tanya mereka bertiga. “saya berpakaian seperti ini karena tadi ada acara drama di sekolah saya, makanya saya berpakaian seperti ini”. “Dan suaramu kenapa seperti itu?”, Tanya mereka lagi. “Suara saya memang selalu seperti ini”, jawab anak itu lagi. Mereka pun bercakap-cakap sehingga menjadi semakin akrab. Dan mereka bertanya kepada Yasmin tentang Paju Gandrung Sewu ini karena dia sudah sering melihat Paju Gandrung.
                   Yasmin berkata, bahwa Paju Gandrung Sewu ini dimulai saat hari menjelang senja dan akan ada bupati Banyuwangi Bapak Abdullah Azwar Anas menghadiri perayaan ini. Mendengar itu, kami menjadi semakin semangat untuk melihat Paju Gandrung Sewu ini. Dan dia juga berkata, sehari sebelum pertunjukan, bupati bersama Forum Pimpinan Daerah, tokoh masyarakat dan puluhan penari gandrung melepas 242 ekor tukik (anak penyu) di Pantai Boom. Jumlah tukik yang dilepas sesuai dengan angka hari jadi Banyuwangi tahun ini. Dan juga ada beberapa agenda festival terkait pariwisata yang sudah lebih dulu digelar adalah Banyuwangi Ethno Carnival, Festival Kuwung, Festival Batik, lomba balap sepeda internasional Tour de Ijen, dan Banyuwangi Beach Jazz Festival.
                   Sambil menunggu senja, kami membeli beberapa makanan khas Banyuwangi. Kami memutuskan untuk membeli nasi tempong. Kami bergegas mencari warungnya, setelah menemukan warungnya, kami pun makan dengan perasaan gembira. Dan kami juga membeli berbagai jajanan seperti bagiak, sale pisang, kelemben, ladrang, sumping, rengginang, karang emas, dan satun untuk dimakan bersama dan untuk oleh-oleh. Setelah membeli makanan dan jajanan tradisional, kami duduk-duduk di depan panggung yang sudah sisediakan oleh panitia penyelenggara Paju Gandrung Sewu. Kami melihat berbagai atraksi pertunjukkan akrobatik yang ditampilkan oleh siswa-siswi SMA Banyuwangi. Tidak lama kemudian datanglah rombongan bapak Bupati Abdullah Azwar Anas dengan pengawalan mobil polisi dan tentara di belakangnya. Di belakang rombongan bapak Bupati ternyata ada rombongan ibu Megawati Soekarno Putri. Kami tidak menyangka kalau Bu Megawati akan datang untuk turut menghadiri Paju Gandrung Sewu ini. Dan terlihat juga para wartawan televisi ikut hadir untuk meliput acara ini. Para wartawan juga mewawancarai Bapak Abdullah Azwar Anas. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kepada wartawan di Banyuwangi, mengatakan bahwa aksi kolosal ribuan penari gandrung ini merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan Banyuwangi Festival yang diselenggarakan sejak September hingga Desember mendatang.
Bapak Azwar Anas turut memberi sambutan di acara ini, beliau memberi sambutan tentang apa maksud dan tujuan diadakanya Paju Gandrung Sewu ini. Beliau mengatakan "Paju Gandrung Sewu merupakan sebuah pertunjukan yang menggambarkan cuplikan cerita kesenian gandrung yang berkembang di masyarakat Banyuwangi. Parade ribuan penari ini akan memperkuat atraksi wisata budaya di Bumi Blambangan, Banyuwangi”. Beliau juga mengatakan, “Pada perhelatan pertama 2012, pertunjukan Paju Gandrung Sewu baru diikuti sekitar 1.000 penari atau sesuai dengan namanya "sewu" yang dalam bahasa lokal berarti seribu. Namun, untuk tahun ini ada tambahan sekitar 1.000 penari pengiring atau biasa disebut "paju".
                   Setelah Bapak Anas memberi sambutan, lama kelamaan penonton yang ingin meyaksikan Paju Gandrung pun semakin banyak. Suasananya pun semakin ramai. Jam pun menunjukkan pukul 14.30 akhirnya pertunjukkan pun di mulai. Awil pun segera bersiap-siap menempati barisan penari gandrung.
 Paju Gandrung sewu diawali dengan pemasangan Kiling (baling-baling bambu), yang biasa digunakan petani di Banyuwangi untuk menghalau burung. Terbuat dari bambu yang tingginya bisa mencapai 10 meter. Dan berturut-turut diikuti penampilan para penari Seblang (tari cikal bakal tari gandrung). Tari sebalang diwali dengan prosesi gending “ Kembang dermo”, seblang menjual bunga, bunga itu ditancapkan pada sebatang bambu kecil yang terdiri dari 3 kuntum bunga sehingga mudah untuk di bawa. Hampir semua para penonton berebut untuk membeli bunga itu. Bunga itu disimpan untuk anak-anak atau diletakkan disuatu tempat di rumah, maupun disawah yang dipercaya sebagai tolak balak untuk mengusir pengaruh-pengaruh jahat, balak penyakit maupun keberuntungan. Prosesi berikutnya yang disebut “Tundikan” dimana seblang mengundang tamu atau penonton untuk menari bersama diatas meja. Sebelumnya, para penari seblang juga mendatangi Megawati Soekarnoputri, yang duduk di panggung undangan khusus untuk ikut menari. Megawati nampak malu-malu dan Nampak sedikit ketakutan, Megawati juga diam beberapa saat untuk ikut menari bersama di atas meja besar dengan iringan musik khas kesenian gamelan yang ditabuh oleh para penabuh gamelan (wiyogo) dan nyanyian para sinden yang terdengar sedikit seram.
 Seblang juga mengajak berkomunikasi interaktif dengan penonton dengan cara melemparkan selendang atau sampur kepada penonton. Dalam keadaan kesurupan dengan mata tertutup, Seblang menunjuk kearah penonton dimana selendang yang dilemparkanya tadi terjatuh atau mengenai seseorang. Saat penari seblang kesurupan, penonton berlarian kesana kemari, termasuk Okmi, Novi, Icha, dan Yasmin sedangkan awil terlihat bersembunyi diantara penari gandrung lainya. Dan ada juga sebagian penonton ingin bisa mendapatkan tundik itu dan menari bersama seblang, karena dipercaya ia akan mendapat keberuntungan.
Setelah tarian seblang, berturut turut diikuti Gandrung Marsan (gandrung pria) dan Paju Gandrung senior (profesional). Para penari Gandrung senior ini memulai aksinya dengan memunculkan Gandrung Marsam (gandrung laki-laki). Pada awalnya, Gandrung adalah seorang laki-laki, lambat laun Gandrung berkembang dan lebih banyak dibawakan perempuan. Gandrung perempuan pertama adalah penari Gandrung Semi. Di fragmen ini, digambarkan penari gandrung yang menari hingga tengah malam. Dimana pengiring (paju) bergabung dan menari sambil memberi saweran kepada penari gandrung.
 Di fragmen pamungkas, muncul ribuan penari gandrung yang meliuk-liuk menari secara kolosal. Disusul munculnya ribuan paju yang bergabung sebagai penari pengiring. Sekitar 1.053 pasangan penari atau 2.106 orang. Termasuk Awil yang ikut menari di tengah-tengah ribuan penari tersebut. Suasana kian meriah saat ribuan pasang penari ini membentuk formasi "I Love BWI (baca Banyuwangi)" sembari melempar selendang yang ditahan di tangannya berulang-ulang. Penampilan ribuan penari secara kolosal ini membuat bulu kuduk penonton menjadi merinding. Liukan gerakan penari yang indah dan seirama mengikuti alunan musik khas Banyuwangi bercampur aroma kemenyan yang dibakar menciptakan atmosfer magis yang kuat. Begitu juga dengan senyum manis namun misterius yang selalu hadir dibibir para Gandrung.

Pertunjukan kolosal penari gandrung dengan busana warna merah menyala di pantai yang terletak di Selat Bali tersebut, digelar mulai sekitar pukul 14.30 WIB hingga menjelang matahari terbenam. Saat matahari hampir terbenam, Okmi, Novi, Icha , dan Yasmin, terkecuali Awil terlihat sangat menikmati pemandangan di pantai Boom yang menyajikan sunset, sambil memakan jajanan tradisional serta melihat penampilan Awil beserta ribuan penari lainya.
Setelah beberapa jam, akhirnya pertunjukan pun selesai dan ditutup oleh sambutan Megawati Soekarno Putri beserta pertunjukan tari barong dan seblang subuh. Pertunjukan Paju Gandrung Sewu ini sukses menghipnotis ribuan mata yang menampilkan ribuan penari gandrung dan pengiringnya di atas lautan pasir saat matahari mulai terbenam & menyajikan pemandangan yang menyegarkan mata.
Setelah menikmati tarian sampai tengah malam sekitar jam 12 malam Okmi, Novi , Icha pun berpisah dengan Yasmin. “Hari ini benar-benar menyenangkan”, Okmi memulai pembicaraan. “Ya, itu benar. Eh tapi ngomong-ngomong aku harus pulang kerumah, ini sudah tengah malam, nanti orang tuaku khawatir”. Kata Yasmin. “Benar juga. Yasudah Yasmin kamu pulang saja, kita juga mau mencari awil kok”, sahut icha. “Oke, senang bertemu kalian, sampaikan salamku ke Awil ya, da…”, jawab Yasmin. “ya, nanti kami sampaikan, senang bertemu kamu juga, min”. Akhirnya Yasmin pun menunggalkan mereka, sementara mereka sibuk mencari Awil. “Eh, Awil kemana ya, kok belum kelihatan, mana sepi begini lagi”, kata Novi.” Jangan-jangan dia pulang dan meninggalkan kita sendirian disini, terus kita pulang naik apa dong?”, kata Novi lagi. “Mana mungkin Awil meninggalkan kita, masa dia tega meninggalkan kita tengah malam begini”. Saat mereka mengobrol, tiba tiba sosok bebaju putih menghampiri mereka sambil bersuara seperti hantu. “ih…ih…ih”, sosok misterius itu mendekati mereka”. “ Suara apa itu ?, jangan-jangan hantu, tempat ini kan kayaknya angker, mana tengah malam begini lagi”, Okmi berkata sambil  ketakutan. “Aku kok jadi merinding gini ya, mana Awil nggak kelihatan lagi”, sahut Novi sambil bergetar ketakutan”. Tiba-tiba sosok misterius yang menakuti mereka datang dari belakang dan memegang bahu mereka. “Ah, siapa yang memegang bahuku”, kata Novi sambil berteriak. Serentak mereka menoleh kebelakang dan berteriak “Ha..ha..ha..HANTU….!!”, Mereka pun berlarian dan Novi yang sangat ketakutan pun mengompol di celana. Sementara sosok misterius yang menakuti mereka pun terlihat tertawa terpingkal-pingkal, “Ha..ha..ha..”, dan berteriak, “hei kalian mau kemana ? , ini aku Awil”. Setelah mendengar teriakan itu mereka menghampiri Awil, “Ih, Awil…kok kamu nakut-nakutin kita sih ?, tuh lihat Novi sampai ngompol”, Kata Okmi. “Maaf teman-teman, habisnya kalian aku cari’in nggak ketemu ketemu sih, makanya aku berencana mau menakut-nakuti kalian, yuk kita pulang, udah malem”, Jawab Awil. “Ya yuk kita pulang, aku juga udah capek”. Akhirnya mereka pun pulang dengan perasaan yang gembira.
-SELESAI-


0 komentar:

Posting Komentar

 

~icha hanifa f~ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea