Rabu, 18 Februari 2015

CONTOH CERPEN TENTANG GANDRUNG

Diposting oleh icha hanifa f di 19.43

                                                              PAJU GANDRUNG SEWU



                   Suatu hari, empat orang sahabat yang bernama okmi, novi, icha, dan awil terlihat sedang bercakap-cakap. Mereka sedang membicarakan Paju Gandrung Sewu yang akan diadakan di pantai Boom Banyuwangi. Mereka sangat antusias membicarakanya. “eh, hari Jumat tanggal 23 November 2013 akan diadakan paju gandrung sewu di pantai Boom Banyuwangi, untuk memperingati Harjaba”, Awil memulai percakapan. “Benarkah ?”, sahut Novi. “Ya, aku akan mengikuti paju gandrung tersebut”. Kata awil. “Kamu hebat sekali, wil”, okmi pun turut menanggapi perkataan awil. “Bagaimana kalau kita melihat paju gandrung tersebut?”, sahut icha. “Ya, aku setuju, lagi pula kita bisa pergi bersama-sama, kalian bisa menemaniku menari gandrung”, kata awil. Okmi pun menjawab,”boleh-boleh, itu pasti seru sekali”. Akhirnya mereka pun sepakat untuk melihat Paju gandrung sewu di Pantai Boom Banyuwangi. Dan mereka semua setuju untuk pergi ke sana dengan menaiki mobil milik Awil.
                        Hari Jumat subuh icha dan novi sudah berkumpul di rumah awil, hanya okmi saja yang belum datang. Mereka semua membawa perlengkapan mereka masing-masing. Sambil menunggu okmi datang, icha dan novi membantu awil mengemasi barang barang untuk perlengkapan menari gandrung, karena awil akan mengikuti paju gandrung. “wil, perlengkapanmu banyak sekali, apa ini nanti kamu pakai semuanya?”, kata novi. “Iya lah, perlengkapan untuk menari gandrung itu kan banyak”, jawab awil. “Ngomong-ngomong okmi mana ya, kok belum datang”, kata icha. “Sabar, nanti juga datang. Tak berselang lama, okmi pun datang. Mereka semua langsung berangkat ke pantai Boom dan diantar oleh ayah awil.
                        Sesampainya di sana, mereka langsung turun dari mobil. Walaupun hari masih subuh suasana di sana sudah sangat ramai.Mereka segera bergegas menuju ruang rias penari gandrung untuk mengantarkan awil. Di ruang rias, ada banyak penari yang sudah berkumpul. Dari penari anak-anak yang berumur 9 tahun sampai penari yang sudah berumur 71 tahun pun turut mengikuti paju gandrung sewu ini. Dari sekian banyak penari, Awil adalah orang yang pertama yang dirias. Okmi, novi, dan icha memperhatikan ketika awil dirias dan mereka ingin tahu apa saja bagian-bagian kostum yang dipakai oleh awil. Karena penasaran, mereka bertanya kepada orang yang merias awil, yang bernama bu Ely. Bu Ely adalah guru menari awil dan beliau juga pandai merias penari.
                        Bu Ely, kira-kira apa saja yang akan dipakai untuk menari Paju Gandrung sewu ini?”, kata okmi. Sambil merias awil, Bu Ely menjawab, “Kostum yang dipakai untuk menari paju gandrung ini terdiri dari beberapa bagian. Yang pertama bagian tubuh. Busana untuk tubuh sendiri terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.
 Yang kedua bagian kepala, kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima] yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.
Yang ketiga bagian bawah, pada bagian bawah Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari gandrung tidak memakai kaus kaki, namun semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap            pertunjukannya.”


                    


                       
                       













0 komentar:

Posting Komentar

 

~icha hanifa f~ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea